22/06/2025
Gambar Ilustrasi
Penamedia.news. Sampit 22 Juni 2026.Pemerasan melalui aplikasi My Chat dengan dalih jasa pijat memakan korban salah satu pejabat di Kotim. Peristiwa tersebut berawal dari permintaan jasa pijat melalui aplikasi My Chat seorang pejabat di Kotim yang berujung pemerasan.
Saat kejadian tersebut terjadi seseorang yang mengaku sebagai manajemen salah satu hotel di Sampit yang melayani pemesanan tenaga jasa pijat berinisial AM bertransaksi atas jasa pijat ,namun di tunggu tidak muncul sementara dana sudah di transfer oleh salah satu pejabat tersebut, bahkan meminta beberapa kali hingga mengalami kerugian berkisar delapan juta rupiah.
Di tambah seseorang yang mengaku TNI berpangkat kapten dari kodam IV Diponegoro sebagai pengantar tukang jasa pijat dan sempat berkordinasi dengan pejabat tersebut melalui WA agar tetap menunggu di salah satu hotel ternama di kota Sampit, tetapi tidak kunjung datang.
Dalam komunikasi lanjutan pada tanggal 18 juni 2025, AM melalui telepon mengatakan kepada pejabat tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan, dan di jawab oleh pejabat tersebut bila saya tidak punya masalah apapun pada anda,yang akhirnya keduanya sepakat untuk bertemu di salah satu hotel di sampit pada tanggal itu dengan pemberian waktu 10 menit.
Ketika sampai di hotel AM dihubungi ternyata tidak ada di hotel tersebut, bahkan mengelak atas rencana pertemuan , dan pada manajemen hotel pendamping pejabat tersebut yaitu NAS,S.H dari LBH Intan menanyakan nama AM yang mengaku salah satu dari menejemen hotel tersebut namun disanggah bahwa kami tidak punya staf yang bernama AM apalagi bermitra jasa pijat atau terapis.
Namun nomor kontak sudah ada baik dari AM maupun SA yang mengaku kapten TNI AD, dan akan terus di selidiki atas permasalahan pemerasan bermodus jasa pijat melalui aplikasi My Chat, dan di himbau kepada seluruh pengguna sosial media agar berhati hati jangan terjerumus, karena tidak satu dua jadi korbannya, serta berharap agar pelaku AM dan SA bisa tertangkap hingga tak ada lagi korban selanjutnya.
Editor : NAS